Sabtu, 01 Mei 2010

Chester Bernard dan Sistem Kerja Sama

Mempersatukan pandangan Taylor, Fayol, dan Weber dengan kajian Hawtorn membawa kita pada kesimpulan bahwa organisasi terdiri dari tugas tugas manusia yang harus dipertahankan pada suatu tingkat keseimbangan.

Gagasan bahwa sebuah organisasi adalah sebuah sistem kerja sama pada umumnya dikatakan bersal dari Chester Bernard. Ia menawarkan ide-idenya dalam bukunya The Function of the Executive, dimana ia menggunakan pengalamannya selama-bertahun tahun di American Telephone and Telegraph, termasuk kedudukannya sebagai presiden New Jersey Bell[1]



[1] Chester I. Bernard, The Functions of Executive ( Cambridge : Havard University Press 1938 )

Ralph Davis dan Perencanaan Rasional

Perspektif Perencanaan Rasional menawarkan sebuah model yang sederhana dan langsung untuk merancang sebuah organisasi. Perencanaan formal manajemen menentukan tujuan-tujuan organisasi. Tujuan-tujuan tersebut kemudian, dalam urutan yang logis, menentukan pengembangan Struktur, arus wewenang, serta hubungan lainnya..

Davis mengatakan bahwa tujuan utama sebuah perusahan adalah pelayanan ekonomis. Tidak ada perusahan yang dapat hidup jika tidak memberikan nilai ekonomis. Nilai ekonomis ini dikembangkan melalui aktivitas yang dilakukan oleh para anggotanya untuk menciptakan produk atau jasa organisasi. Aktivitas-aktivitas tersebut kemudian menghubungkan tujuan organisasi dengan hasilnya. Adalah pekerjaan manajemen untuk mengelompokan aktivitas-aktivitas tersebut dengan sedemikian rupa sehingga membentuk struktur organisasi. Davis berkesimpulan bahwa dengan demikian struktur organisasi bergantung pada tujuan-tujuan organisasi.

Douglas McGregor dan Teori X – Terori Y

Tesis Douglas McGregor menyatakan bahwa ada dua pandangan tentang manusia :

1. Manusia pada dasarnya negatif – Teori X

2. Yang lain nya pada dasarnya positif – Teori Y

Teori X :

1. Para pegawai pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan jika mungkin, berusaha menghindar.

2. Karena pegawai tidak menyukai pekerjaan, maka mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diacam dengan hukuman untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.

3. Para pegawai akan mengelakkan tanggung jawab dan mencari pengarahan yang formal sepanjang hal itu mungkin.

4. Kebanyakan pegawai menempatkan rasa aman diatas faktor lain yang berhungan dengan pekerjaan dan hanya memperlihatkan sedikit ambisi.

Teori Y :

1. Para Pegawai dapat melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang biasa seperti halnya istirahat atau bermain.

2. Manusia akan menentukan arahnya sendiri dan mengendalikan diri, jika mereka merasa terkait kepada tujuan-tujuan.

3. Rata-rata orang dapat belajar untuk menerima, malahan mencari tanggung jawab

4. Kreativitas yaitu, kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan yang baik


Elton Mayo dan Kajian Hawthorne

Pada tahun 1924 dan 1927, Western Electric Company di Cicero Illinois melakukan sejumlah percobaan ( Kajian Hawthorn ). Para insinyur perusahan tersebut menguji akibat berbagai macam tingkat penerangan terhadap produktivitas kerja. Dalam pengujian tersebut dibuat dua kelompok yaitu kelompok kontrol bekerja dibawah intensitas penerangan yang konstan dan kelompok eksperimen yang bekerja dengan berbagai intensitas penerangan, diharapkan bahwa output individual akan berhubungan langsung dengan intensitas penerangan. Hasil temuannya ternyata kontradiksi, ketika tingkat penerangannya ditambahkan pada unit eksperimen, output meningkat untuk setiap kelompok. Namun ketika tingkat penerangan dikurangi pada kelompok eksperimen, produktivitas kedua kelompok tetap meningkat. Akhirnya Para Insinyur berkesimpulan bahwa intensitas penerangan jelas tidak mempunyai hubungan langsung dengan produktivitas kelompok.

Kemudian sampai tahun 1932, para insiyur tersebut bekerja sama dengan seorang Psikologi dari Havard, Helton Mayo dan kawan-kawan, membuat rancangan percobaan yang menyangkut rancang ulang pekerjaan, perubahan panjangnya hari kerja dan waktu kerja dalam seminggu, dan pengenalan waktu istirahat serta rencana upah individual dibandingkan dengan upah kelompok. Para peneliti mencoba untuk membuat evaluasi efek sistem pembayaran intensif untuk pekerjaan atas dasar hasil terhadap produktivitas kelompok. Hasilnya menunjukan bahwa rencana upah intensif tidak terlalu menentukan terhadap keluaran seorang pekerja dibandingkan dengan tekanan dan penerimaan kelompok serta aman didalam kelompok. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa adalah norma sosial kelompok merupakan kunci penentu perilaku kerja seseorang.